aku menyukainya. lelaki itu.
senyum manisnya membuatku perlahan melupakan betapa sakit hatinya aku, betapa terlukanya hingga aku memutuskan untuk berlibur ke sebuah desa yang tidak pernah sekalipun ku bayangkan akan ku kunjungi. terlebih aku mengunjunginya karena sedang berusaha mengobati rasa perih yang menggerogoti hati ini.
tak ku sangka akan kembali terjatuh dalam pesona seorang pria. padahal aku yakin, sebelum datang kesini hatiku masih penuh dendam dan sakit hati terhadap manusia berjenis kelamin laki-laki. sederhana saja, aku sedang patah hati. wajar jika aku berpikir sedemikian rupa.
namanya jisung. han jisung. anak kepala desa, yang diperkenalkan padaku dan diminta ayahnya untuk menemani selama aku di desa ini. aku datang kesini dengan berbekal laptop dan tas berisi sedikit pakaian juga beberapa lembar uang tanpa mempersiapkan akan bagaimana. jadi, ku putuskan untuk memperkenalkan diriku sebagai penulis blogger yang berminat ingin memperkenalkan desa ini ke dunia luar. kepala desa ini begitu ramah, aku menyukainya. aku menyukai bagaimana desa ini juga memberiku kenyamanan dan kedamaian bahkan sejak kali pertama kakiku berpijak disini.
"kak, sedang apa?" ah, suara lelaki itu. lelaki yang sejak kali pertama bertemu aku sudah menyukai senyumnya, parasnya terlebih suaranya yang penuh kelembutan.
melihatku duduk di beranda rumahnya dengan memangku laptop mungkin sedikit membuatnya penasaran, terlebih aku duduk di saat jam menunjukkan pukul 21.00 wib. waktu semua orang beristirahat dan menjemput mimpi.
"sedikit menulis, maybe? hehe. kenapa ji?" ku tolehkan kepalaku melihatnya yang sedang menghampiriku membawa selimut tipis, memakaikannya padaku.
pupilku membesar, terkejut tentu saja. hatiku menghangat, dan ku harap rona merah di pipiku tak terlihat olehnya.
"eh, maaf kak. ku pikir, mungkin kakak sedikit kedinginan? kakak sudah mulai menulis?"
seraya mengintip ke laptopku yang menampilkan sedikit tulisanku.
"ah, iya. terimakasih ya, selimutnya. hmm, ku pikir lebih baik begini. menulisnya perlahan sembari besok kembali melihat-lihat. oh, belum tidur Ji?"
aku tak henti-hentinya mengagumi paras han jisung yang begitu menawan. matanya yang bulat lucu, pipinya yang sedikit gembil, dan tentu senyumnya yang manis, dan juga giginya yang lucu.
"belum mengantuk kak. oh ya, kakak besok mau melihat air terjun bersamaku? mungkin, kakak akan terpesona dengan tempatnya yang begitu indah. serius, kak. aku dan teman-temanku sering sekali main kesana. tempatnya memang agak terpencil, masuk ke dalam hutan. mungkin karena itu juga, airnya lebih jernih dan tempatnya terjaga oleh alam." matanya berbinar lucu, ah rasanya sayang jika tidak melihatnya ketika ia berbicara
"hmm, boleh deh. kakak juga rindu melihat air banyak. hanya kita berdua, ji?" aku berhati-hati bertanya padanya
dia diam sebentar, dan aku berfikir mungkin aku salah jika bertanya seperti itu. ah, dia pasti mengira aku ingin berkencan dengannya. bodoh, rutukku kemudian.
"kalo kakak keberatan jika hanya bersamaku, nanti aku ajak temanku. bagaimana?"
"aah, ngga. kakak ngga keberatan meski cuma bersamamu. oke, jam 8 besok pagi. deal?" dengan jari kelingkingku tentunya
"haha, kakak kenapa menggemaskan sekali sih? oke, deal." jawabnya dengan menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku.
kembali ku rasakan panas di wajahku. aku senang, tentu saja.
"yaudah kak, aku masuk ya. kakak jangan terlalu larut di luar, dingin"
ku anggukan kepalaku, tanda ku mengerti. kemudian ku lihat ia berjalan masuk ke dalam rumah.
hari ini, seharusnya menjadi hari bahagiaku. sebelum bencana itu datang. kebenaran yang berlaku sebagai bencana.
mengingat hal itu kembali membuatku muram, dan airmataku menetes kembali. ah mengapa rasanya susah sekali melupakan hal yang membuat kita terluka?
aku berharap ketika usai liburan disini, aku benar-benar bisa melupakan rasa sakit ini.